FEATURED POST

PERNIKAHAN = “MEMAAFKAN” KUNCI KEPUASAN PERNIKAHAN

 

PERNIKAHAN = “MEMAAFKAN” KUNCI KEPUASAN PERNIKAHAN

 

Konflik, pertengkaran, rasa tidak nyaman, masalah ekonomi, kurangnya rasa dihargai oleh pasangan dan berbagai permasalahan yang hadir dalam pernikahan dapat menjadi faktor penyebab kasus perceraian yang semakin hari semakin bertambah..

Masalah yang hadir dalam kehidupan rumah tangga seringkali menyebabkan ketidakharmonisan pasangan suami istri.. Bahkan pola pemikiran yang salah seringkali diambil karena mengedepankan keegoisan masing – masing individu..

Merasa tidak cocok lagi dan hanya sendirian yang berjuang dalam mengarungi bahtera rumah tangga menjadi alasan yang populer di kalangan masyarakat untuk mengambil keputusan bercerai pada pasangan suami istri..

Menurut file:///C:/Users/Windows%2010/Downloads/904-2619-1-PB.pdf oleh Maria Nona Nancy (2013) mengatakan bahwa pasangan suami dan atau istri yang mengakui bahwa rumah tangganya tidak harmonis disebabkan oleh hilangnya kesempatan untuk bersama, kurang adanya komunikasi yang baik terutama antara pasangan suami dan istri dan hal inilah yang sering menjadikan pertengkaran hebat bahkan hingga melibatkan keluarga besar.

Sejalan dengan hal tersebut, penelitian Nur Dewi Rahayu (2019) yaitu : https://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/05/Jurnal%20Nur%20Dewi%20Rahayu%20(05-15-19-11-02-11).pdf menemukan bahwa ketidakpuasan pernikahan dalam kehidupan berumah tangga pada pasangan suami istri adalah adanya ketidakjujuran dalam berumah tangga seperti kurangnya komunikasi, selain itu melakukan perselingkuhan di belakang pasangan secara tersembunyi, perbedaan pendapat yang dapat memunculkan perselisihan serta pertengkaran, selain itu juga kurangnya rasa dihargai oleh pasangan, merasa selalu mengalah dan hanya berjuang sendirian mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh ujian dan cobaan hidup, merasa tidak terpuaskan kebutuhan lahiriah, psikologis maupun kebutuhan perekonomian rumah tangga, merasa tidak dipahami dan lain sebagainya.

Dan permasalahan yang terbesar menurut Maimun dan Moh. Thoha (2018) yaitu : http://repository.iainmadura.ac.id/69/1/MAIMUN%20TOHA%20LENGKAP%20DENGAN%20COVER.pdf  adalah :

à tidak adanya komunikasi yang “BERKUALITAS” antara suami istri SEHINGGA tidak ada saling pengertian dan saling mengalah dan akhirnya mengesampingkan pemahaman akan hak dan kewajiban serta melalaikan tanggung jawab sebagai suami atau istri.

            Yaa.. ketika pasangan suami istri merasakan kepuasan pernikahan maka rasa bahagia pasti akan meliputi kehidupan rumah tangga pasangan suami istri.. lalu apa hubungannya kepuasaan pernikahan dengan memaafkan ???

            Mari kita bahas, beberapa hal menyebabkan seseorang tidak mampu untuk memberikan maaf kepada pasangannya apabila merasa telah dilukai.. sumber :

https://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2019/05/Jurnal%20Nur%20Dewi%20Rahayu%20(05-15-19-11-02-11).pdf

Berdasarkan penelitian Nur Dewi Rahayu (2019) pada e-jurnal tersebut bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pasangan suami atau istri tidak dapat memaafkan kesalahan maupun kekhilafan pasangannya adalah :

1.    Adanya penilaian tertentu yang dianggap “buruk bahkan bisa sangat buruk” dan telah tertanam dalam benak suami atau istri terhadap pasangannya.

2.    Penilaian terhadap peristiwa tertentu yang dialami oleh suami atau istri karena kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan oleh pasangannya dan masih membekas dalam hati maupun pemikiran,

3.    Penilaian akan keparahan peristiwa kehidupan yang pernah dialami yaitu pengalaman menyakitkan hingga melukai harga diri sehingga peristiwa itu sulit dilupakan bahkan saking merasa tersakiti tidak mampu untuk memaknai peristiwa yang terjadi dan dalam hal ini pasangan yang bersalah pun enggan atau bahkan tidak meminta maaf.

    Padahal “memaafkan” pasangan dapat menghindarkan dari perceraian.. apalagi yang sudah memiliki anak.. akan sangat disayangkan apabila pengambilan keputusan adalah perceraian.. padahal memaafkan adalah kunci dari kepuasaan pernikahan.. Memang, dalam kehidupan nyata.. melupakan peristiwa menyakitkan dalam kehidupan rumah tangga sanngatlah sulit karena terekam di dalam memori dalam system syaraf otak manusia namun merelakan dan melepaskan emosi negatif dengan memaafkan dan memunculkan nostalgia perjuangan dalam membina kehidupan beruma tangga bersama pasangan akan lebih memupuk rasa syukur dan menghadirkan berbagai rasa dan emosi positif sehingga lebih marasakan kepuasaan akan pernikahan..

 

Sekian, semoga bermanfaat

Link – link tersebut dapat dijadikan referensi bagi yang sedang melakukan penelitian atau mengkaji tentang keterkaitan antara memaafkan dengan kepuasan pernikahan..

Semoga pernikahan selalu dalam lindungan Allah SWT.. menjadi keluarga sakinah, mawwadah warohmah..Aamiin

Komentar