FEATURED POST

Kuisioner Perilaku Bullying pada penelitian Efektivitas Terapi Empati Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah Dasar




Kuisioner Perilaku Bullying pada penelitian

Efektivitas Terapi Empati Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah Dasar


Halo sahabat psikologi kampus,  pembahasan kali ini kami akan berbagi tentang kuisioner perilaku bullying yang semoga dapat bermanfaat untuk pembaca setia blog Psikologi Kampus yaaaa πŸ€—


Berikut penjelasan singkat terkait Kuisioner atau Skala Psikologis variabel Perilaku Bullying.. 


Penelitian peneliti dalam proses seleksi aitem menggunakan indeks daya beda. Menurut Azwar (1999) parameter indeks daya beda aitem adalah koefisien korelasi aitem-total dalam memperlihatkan kesesuaian fungsi aitem dengan fungsi sebagai alat ukur (behavioral checklist) untuk mengungkap perbedaan individual. Suwarto (2007) mendefinisikan sebagai kemampuan butir (aitem) untuk membedakan individu. Dalam penelitian ini adalah membedakan kecenderungan memiliki perilaku bullying dengan mengkategorikan perilaku menengah ke atas. Peneliti mengoptimalkan fungsi alat ukur (behavioral checklist) untuk mengungkap subjek yang memiliki kecenderungan perilaku bullying. 


Menurut Azwar (1999) memilih aitem – aitem yang didasarkan pada koefisien korelasi dapat mengoptimalkan fungsi alat ukur. Besarnya koefisien korelasi aitem-total berkisar dari 0 sampai 1,00. Menurut Allan dan Yen dalam Suwarto (2007) indeks daya beda memiliki nilai daya pembeda terbentang dari -1 smpai +1. Pada nilai negatif menunjukkan bahwa aitem yang digunakan tidak memiliki fungsi dengan baik sedangkan pada nilai positif tersebut dapat membedakan antara karakteristik atribut yang akan diukur. Kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi aitem-total dengan batasan rix ≥ 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembeda sehingga dianggap memuaskan. Apabila aitem memiliki rix kurang dari 0,30 maka diinterpretasikan memiliki daya diskriminasi rendah. Aitem yang memiliki indeks daya diskriminasi  ≥ 0,30 melebihi jumlah aitem yang direncanakan maka peneliti memilih aitem dengan indeks daya diskriminasi tertinggi. Apabila  jumlah aitem yang tidak lolos masih tidak mencukupi seperti yang diinginkan oleh peneliti maka dengan pertimbangan tersebut dapat diturunkan menjadi rix ≥ 0,25. (Azwar, 1999). 


Menurut Margono (2013) terdapat tiga kategori besar dalam pengukuran reliabilitas yaitu : (1) tipe stabilitas (misalnya: tes ulang, bentuk pararel dan bentuk alternatif), (2) tipe homogenitas atau internal konsistensi (misalnya: belah dua, Kuder-Richardson, alpha Cronbach, theta dan omega), dan (3) adalah tipe ekuivalen (misalnya: butir – butir pararel pada bentuk alternatif dan reliabilitas antar penilai (inter-rater reliability)). Menurut Suwarto (2007) inter-rater reliability diperoleh melalui hasil interpretasi perhitungan korelasi  antar dua rater yang berbeda sebagai estimasi reliabilitas. 

Menurut Ebel dalam Suwarto (2007) apabila terdapat lebih dari dua rater yang terlibat maka hasil penilaian oleh rater yang berbeda dijumlahkan kemudian mengestimasi reliabilitasnya dengan cara menghitung korelasi Alpha dimana k adalah jumlah rater, S21 merupakan varian hasil penilaian oleh seorang rater dan ∑ S21 adalah jumlah total varian hasil penelitian oleh masing – masing rater, dan S2x adalah varian dari hasil yang dijumlahkan. Menurut Suwarto (2007) hal yang diutamakan dalam inter-rater reliability adalah memastikan pada peserta tes bahwa baik practice-effect maupun learning effect setara antara individu maupun secara random. Peneliti menggunakan inter-rater reliability dikarenakan peneliti menggunakan alat ukur behavioral checklist sehingga peneliti membutuhkan observer. Hasil penilaian observer ini yang dijadikan peneliti sebagai inter-rater reliability.


Baca beberapa hal ini juga :

Penyebab Skripsi Lama di ACC

Cara Membuat MODUL Pelatihan dalam Skripsi

Tesis Lebih Mudah dari Skripsi

Syarat Judul Skripsi dan Tesis mudah diterima Dosen

Super cepat membuat Judul Skripsi


Berikut penjelasan singkat tentang metode analisis datanya :


Analisis Data

1. Uji Asumsi

Sebelum dilakukan pengeolahan data dengan statistik parametrik maupun non- parametrik data harus melalui pengujian normalitas terlebih dahulu. Menurut Suseno (2012) uji normalitas dihitung untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi secara normal atau tidak. Hasil yang menunjukkan bahwa nilai p > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi secara normal apabila p < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi secara normal. Data yang diperoleh dari alat ukur behavioral checklist berupa data kuantitatif untuk menganalisis data. Skor diperoleh dengan menghitung pre-test dan post test peserta terapi empati. 


2. Uji Hipotesis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-parametrik Wilcoxon Signed-Rank Test. Metode non parametrik digunakan karena ukuran sampel kecil yaitu subjek penelitian kurang dari 30 orang. Metode analisis data ini untuk menunjukkan perbedaan perilaku bullying sebelum (pre) dan sesudah (post) mengikuti terapi empati (Suseno, 2012)


Dan ini kisah nyata admin dalam membuat "Judul Skripsi" dan menentukan variabel penelitian berdasarkan fenomena GAP : Klik Di Sini


Ini cuplikan singkat tentang kuisioner perilaku bullying kami yang tentunya sudah melalui uji field test dan digunakan dalam penelitian :


πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“πŸ“


Alat atau materi yang diberikan pada subjek dalam penelitian ini adalah :

1. Skala kecenderungan perilaku bullying.

Peneliti menggunakan behavioral checklist buatan sendiri yang diturunkan dari bentuk –bentuk perilaku bullying dengan teori milik Beane (2008). Perilaku bullying terdiri dari beberapa bentuk yaitu bullying fisik, bullying verbal, dan bullying relasi dan sosial. Perilaku bullying diketahui dari skor yang diperoleh subjek penelitian berdasarkan behavioral checklist.

Peneliti menggunakan behavioral checklist dalam penelitian ini melibatkan beberapa observer yaitu guru Agama, guru Olahraga, orangtua/ wali dan wali kelas IV dan V. Observer selama pelaksanaan terapi empati adalah mahasiswa psikologi. Orangtua menggunakan behavioral checklist ketika subjek melakukan kegiatan di rumah. Guru Agama, guru Olahraga dan wali kelas menggunakan behavioral checklist ketika subjek melakukan kegiatan di sekolah dan mahasiswa psikologi sebagai observer saat pelaksanaan terapi empati. Skala yang digunakan sebanyak 35 butir aitem berdasarkan blueprint penelitian sebagai alat ukur dalam penelitian.

Aitem tersebut lolos uji beda karena mempunyai nilai daya deskriminasi di atas 0,275. Skala bentuk bullying memiliki dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak dengan skor 1 untuk ya dan 0 untuk tidak. Skor yang semakin tinggi pada suatu bentuk menunjukkan bahwa bentuk bullying tersebut semakin sering dialami atau dilakukan. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik inter-rater reliability dengan analisis Intraclass Corelation Coefficient Model Two Way Mixed dan diperoleh hasil koefisien reliabilitas (r) Consistency sebesar 0,807 dan Absolute Agreement 0,786. Berdasarkan hasil tersebut maka skala ini dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi, karena semakin mendekati 1,00 (Azwar, 2008).


Untuk sumber referensi menyusul ya gaaaes 😁 belum nyari file nya lagi nih.. 

Baca baca lagi..





Tampilan awalan sahabat



Itu petunjuk mengerjakannya yaa sahabat,  karena yang isi anak anak makanya simpel ya hehe






Semoga bermanfaat ya sahabat.. 
Yuk baca baca lagi

Komentar