FEATURED POST

PSIKOLOGI REMAJA = EKSISTENSI REMAJA

 


PSIKOLOGI REMAJA = EKSISTENSI REMAJA

 

Seringkali di media sosial diberitakan tentang klitih dan begal pelakunya adalah kategori usia remaja, tawuran bahkan ada yang sampai menghilangkan nyawa temannya sesama remaja hanya karena tidak ingin di ejek sehingga menampilkan bahwa akulah remaja.. aku sang remaja

 Sedih dan sungguh sangat..

 Sungguh sangat disayangkan..

 Remaja itu sebenarnya merupakan harta berharga yang menyimpan berjuta keindahan di setiap perilaku dan pengembangan wawasannya menawarkan kenyamanan bagi orang orang yang menyapanya sebagai generasi penerus bangsa yang bakal menjadi pemimpin yang memimpin masa depan..

 

Remaja sesungguhnya memiliki potensi yang banyak sekali..

 

Usia remaja adalah usia yang sangat produktif dan sangat fleksibel untuk mengembangkan diri dengan kemampuan fisik dan wawasannya dalam mengembangkan dan mengoptimalkan potensinya namun lagi dan lagi fenomena remaja tak bertanggung jawab yang katanya ingin eksis karena sedang masa masanya eksis...

Memasuki usia remaja itu banyak tantangannya.. di samping jiwa raga beranggapan telah dewasa namun sebenarnya lagi proses pencarian jati diri memaksa orang lain harus memahami idealitas kehidupannya..

 

Hmmmmm penuh dinamika yaa.. beralih ke topik utama.. sebenarnya ingin mengungkapkan Γ 

 

“Apabila membutuhkan pengakuan di kehidupan wahai remaja.. ukirlah prestasi dengan tanpa mengganggu jiwa lainnya.. ego, kekuasaan, kekuataan, pengakuan itu diperbolehkan... asalkan diletakkan pd porsinya.. realitasnya remaja saat ini kurang fasilitas untuk melampiaskan emosi negatif maka bergabunglah pada ilmu bela diri dan jadilah juara... menyakiti orang lain dg berkuasa di jalan takkan membuat diri terhormat justru ketika ingin terhormat dan berharga jadilah juara di medan laga.. tak perlu tunjukkan kekuatanmu pada orang dan tempat yang salah..justru tunjukkan kejantananmu di medan laga..berprestasilah untuk bangsa dan tanah air bukan menindas orang yang seharusnya tak perlu disakiti..kibarkan merah putih membara dalam dada untuk pujaan bangsa.. sang merah putih, harumkanlah...”

 

* jk ingin org lain memahamimu maka belajarlah untuk berempati (Empati adalah merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain… Empati adalah apabila diri berada di posisi orang lain)

 

Hakikatnya kehidupan adalah melatih merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.. KARENA remaja besok juga akan menjadi dewasa dan tua..Karena manusia selalu tumbuh dan berkembang.. dulu bayi melewati usia anak memasuki remaja mengalami usia dewasa dan akan menjadi orangtua.. karena roda terus berputar.. berbuat baiklah krn sejatinya perbuatan baik itu adalah virus yang menular.. **

 

Dalam kehidupan remaja dengan siapa mereka berteman adalah sebuah identitas yang penting yang kemudian remaja tersebut akan berperilaku mengikuti dengan siapa mereka berkelompok. Kecendrungan para remaja untuk bergabung dalam kelompok dengan perilaku menyimpang bisa disebabkan karena ketidakmampuan remaja dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya (nilai kehidupan yang didapatkan oleh remaja yang bermula dari lingkungan keluarga saja kemudian membangun interaksi dengan teman-teman dan orang-orang lain disekitarnya)

 

Ketika menerima nilai-nilai kehidupan yang baru ini, remaja akan mengalami kebingungan tentang nilai mana yang benar. Karena kecenderungan para remaja cenderung memilih untuk mengikuti aturan dari kelompok teman sebaya mereka, agar mereka mendapatkan penerimaan dan dukungan dari lingkungannya. Menurut Laird, Pettit, Dodge & Bates (1999) perilaku antisosial remaja itu sendiri dimoderasi oleh kualitas persahabatan diantara mereka. Jika dalam salah satu kelompok terdapat satu saja remaja yang berperilaku menyimpang, maka dapat dipastikan semua anggota dalam kelompok tersebut juga memiliki perilaku yang sama.

 

Sumber :

Laird, R. D., Pettit, G. S., Dodge, K. A., & Bates, J. E. (1999). Best Friendships, Group Relationships, and Antisocial Behavior in Early Adolescence. The Journal of Early Adolescence, 19(4), 413–437.

      Klik :

http://doi.org/10.1177/0272431699019004001

 


Komentar