- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
FEATURED POST
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Mata Kuliah : Pendidikan Nilai dan Spritual Islam
Dosen : Prof. Dr. H
Maragustam Siregar,
MA
Konsentrasi : PPI-Reguler, 2017
SOAL
:
1.
Jelaskan peranan nilai dalam kehidupan
manusia? Jelaskan pula perbedaan antara nilai dan norma? Dalam Islam ada system
nilai yakni nilai sentral, nilai sekuler dan nilai operasional. Jelaskan
masing-masing dan berikan contoh masing-masing!
2.
Jelaskan tantangan pendidikan nilai dan Spiritual Islam di Indonesia lengkap dengan memberi contoh fakta empirisnya?
3.
Jelaskan pengertian pendidikan nilai/karakter itu? Bagaimana strategi pendidikan karakter
itu (minimal anda menjelaskan
Morak acting yakni pembiasaaan dan habituasi, moral
knowing, moral loving and feeling, keteladanan dan tobat yang unsurnya takhalli, tahalli dan tajalli?
4.
Jelaskan bahwa suatu tindakan dikatakan
tindakan berkarakter?
5.
Pendidikan
Nilai dan spiritual apa yang paling utama di Indonesia menurut para ahli
pendidikan Islam dan/atau ahli psyikologi pendidikan Islam dan/atau bimbingan
konseling Islam UIN Sunan Kalijaga? Dan Mengapa nilai itu yang paling utama?
Jawaban saudara harus mewawancarai para ahli (Doktor atau Profesor) pendidikan
Islam dan/atau psykologi Islam dan/atau bimbingan konseling Islam? Transkrip
wawancara agar dilampirkan dan divalidasi oleh yang diwawancarai.
JAWABAN..
1. Nilai sangat berperan dalam
kehidupan manusia
·
Nilai sangat berperan dalam kehidupan manusia, nilai mencakup
segala sesuatu yang dianggap bermakna bagi kehidupan seseorang yang
pertimbangannya didasarkan pada kualitas benar, salah, baik, buruk, atau indah
tidak.[1] Perilaku manusia terkait dengan
nilai, bahkan nilai menjadi aspek penting yang
dibutuhkan oleh manusia yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang
yang memiliki nilai itu. Nilai merupakan sistem merupakan himpunan gagasan atau prinsip-prinsip yang salaing
berautan, yang berlangsung menjadi suatu keseluruhan . terkait dengan itu nilai yang merupakan suatu norma tertentu
mengatur ketertiban kehidupan sosial.
Karena manusia sebagai makhluk budaya
dan makhluk sosial, selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari maka, dalam proses interaksinya harus berpedoman pada nilai-nilai kehidupan sosial yang terbina dengan baik dan selaras. [2]
·
Perbedaan
antara nilai dan norma yaitu: Nilai
adalah perilaku yang diajarkan sejak usia dini tentang perbedaan antara benar
dan salah Sedangkan Norma adalah perilaku yang diterima dalam suatu komunitas
tertentu, misalnya dalam beberapa budaya menikahi sepupu dibolehkan, namun yang
lainnya tidak..[3]
·
Sistem nilai dalam filsafat pendidikan
islam ada tiga yakni:
pertama.
Nilai sentral,yang berasal dari wilayah titik pusat nilai yang menjadi sumber
pengambilan keputusan pendidikan dan lainnya. (1) tauhid Uluhiyah
ialah bahwa Allah Maha Tunggal yang paling berhak di sembah, ditaati, dan
dipatuhi;
(2) tauhid Rububiyah,
ialah Allah yang Maha Esa itu yang menciptakan, mengatur perkara-perkaranya dan
yang mendidiknya, dan
(3) tauhid al-Asma’ wa
al-Sifah ialah bahwa tiap-tiap yang berlaku di alam ini bersumber dari
perbuatan dan pengaturan Allah, dan kepada-Nya setiap kesudahan akhir, dan
daripada-Nya pula bermula setiap sesuatu
Contoh nilai sentral kita melakukan sholat dan
mentaati semua perintahnya seperti sholat, berpuasa, menutup aurat dan lainnya
yang bersifat mentaati perintah Allah
Kedua.
Nilai sekuler ialah nilai sebagai penafsiran nilai sentral berupa norma-norma
yang berhubungan dengan tuhan , manusia dan lingkungan alam. Nilai skuler dapat dijabarkan nilai hubungan dengan
Allah adalah sebagai hamba dan khalifah.
Nilai hubungan kepada manusia yakni kejujuran, amanah, menepati
janji, saling tolong menolong, berbuat adil dan berbuat yang baik dan yang
paling baik.
Contoh nilai sekuler, sebagi pemimpin harus jujur,
bertanggung jawab, siap membantu masyarakat, tidak berdusta, bersikap adil
tidak ada yang dibeda-bedakan, dan selalu berbuat baik dalam segala hal.
Ketiga. Nilai operasional,
yaitu nilai-nilai yang berujud dalam norma-norma dan dari tindakan sehari-hari yang merupakan
tindakan penjabaran drai nilai skuler. Yang diwujudkan dalam al-wajibat (hal-hal yang diwajibkan), al-mandubat (hal-hal yang disunatkan), Al-mahrumat (hal-hal yang diharamkan), Al-makruhat (hal-hal yang dimakruhkan), Al-jaizat (hal-hal yang diperbolehkan).[4] Contohnya hal yang diwajibkan kita
melakukan sholat, hal yang disunnahkan seseorang melakukan puasa senin dan kamis, hal yang diharamkan seseorang tidak
menggunakan sesuatu yang didapat dari contohnya mencuri. Hal yang di makruhkan
contohnya seperti Ketika
seseorang sedang mengantuk atau menahan hajat kecil dan besar, makruh ia
mengerjakan shalat. Begitu juga memakai kaos kaki ketat yang dapat menekan kaki
di dalam shalat adalah makruh.
2.
pendidikan nilai dan Spiritual Islam di Indonesia beserta contoh fakta empirisnya
Kondisi soaial yang tidak menguntungkan bagi
pengukiran nilai-nilai spiritual keagamaan bagi peserta didik, salah satunya
karena pengaruh negative dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang transformasi dan informasi yang menggelobal.Akibat positif dari
berbagi media ini, khusunya televise dan internet ialah dapat dijadiakan alat
yang sangat ampuh untuk menanmkan nilai-nilai positif termasuk nilai-nilai
spiritual keagamaan kepada peserta didik.Sedangkan dampak negative dari
perkemabnagn media antar lain: Pertama. Dapat merusak tatanan nilai-nilai
spiritual keagamaan karena jiwa seseorang dipengaruhi dan dikontrol pola piker
seseorang oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Karenanya nilai-nilai
agama ditinggalkan, terpisah dari kehidupan, urusan pribadi, urusan akherat,
dan membebaskan manusia dari tuhan.Sebagian besar pegangan hidup atau pedoman
hidup manusia sekarang ini termasuk pendidikan adalah pilsafat pragmatisme.Inti
dari pilsafat pragmatisme adalah nilai-nilai kegunaan praktislah sebagi
kriteria kebenaran.Apa saja dapat dialkukan guru asalakan berguna dalam
kehidupan praktis. Penyontekan masal, penggantian rapor demi lulus ujian
nasional. Penarikan dana dari peserta didik agar lulus ujian nasional adalah
contoh kongkritnya. Kedua. Kecenderungan modernisme untuk massifikasi,
penyeragaman manusia untuk kerangka teknis, system industri yang menempatkan
semua orang sebagi mesin, sekularisme yang
berarti tidak diakui adanya lagi ruang napas untuk yang ilahi atau
dimensi religious dalam kehidupan kta. Persoalannya menjadi lebih kompleks
karena banyak penawaran menyangkut norma dan nilai jika seseorang keliru
memilihnya ia akan keliru pada penalaran humanistic-liberal yang terlampau
jauh, sehingga orientasi spiritual transendental terbabat habis dan diganti
budaya materialistic dan hedonis.[5]
Dilihat dari sudut berkembangnya nilai-nilai yang
tumbuh dalam masyarakat modern industrial ini, maka ada dua tantangan poko yang
akan dihadapi oleh pendidikan Islam. Pertama.Lembaga-lembaga pendidikan formal
agama seperti madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, madrasah Aliyah dalam bentuknya
yang sekarang ini akan semakin kehilangan daya tarik bagi masyarakat. Kedua.
Pendidikan agama disekolah-sekolah umum akan semakin kurang diminati oleh
pelajar/mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh pandangan anak didik bahwa sukses
dimata pelajaran agama tidaka akan ikut menentukan karir pendidikan adan
kehidupan selanjutnya di masa depan.[6]
3. Pendidikan
karakter
·
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman
nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik
terhadap tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga membentuk menjadi manusia insan kami.[7]
Sedangkan menurut Maragustam Pendidikan karakter adalah mengukir
nilai-niali ke dalam diri peserta didik melalui pendidikan, endapan pengalaman,
pembiasaan, aturan, rekayasa lingkungan, dan pengorbanan dipadukan dengan
nilai-nilai intrinsik yang sudah ada pada diri peserta didik, sebagai landasan
dalam berpikir dan bersikap dan prilaku secara sadar dan bebas.[8]
·
Strategi
pendidikan karakter berdasarkan beberapa moral yaitu: moral akting, pembiasaan
atau habituasi, moral knowing, moral loving dan feeling. Keteladanan dan tobat
yang berunsurkan takhalli, tahalli tajalli. Pendidikan karakter tersebut adalah
sebuah lingkaran yang utuh yang dapat diajarkan secara berturutan atau tidak
berturutan. Sesuatu suatu tindakan barulah dapat menghasilakn manusia
berkarakter berikut ini dilakukan secara utuh dan terus menerus beberapa hukum
ini adalah:
Habituasi
(Kebiasaan), kebiasaan adalah yang memberi sifat dan jalan yang
tertentu dalam pemikiran, keyakinan, dan percakapan; kemudian jika ia telah
tercetak dalam sifat ini seseorang
sangat suka kepada penkerjaanya kecuali merubahnya dengan kesukaran. Menurut Ahmad Amin dalam Maragustam kebiasaan
baru dapat menjadi karakter jika seseorang senang atau ada keinginan kepada
sesuatu yang dibiasakan dan diterimanya keinginan itu, dan diulang-ulang keinginan dan penerimaan
itu secukupnya. Moral knowing Mempelajarkan
hal-hal yang baik yang dilakukan seseorang atau hal-hal yang baik yang belum
dilakukan, harus diberi pemahaman dan pengetahuan tentang nilai-nilai manfaat, rasionalis dan akibat dari nilai baik yang dilakukan. Dengan
demikian, seseorang mencoba, mengetahui,
memahami, mennyadari, dan berpikir logis tentang arti dari suatu niali-nilai dan prilaku yang baik,
kemudian mendalaminya dan menjiwainya. prilaku berkarakter mendasarkan diri pada tindakan sadar si subjek
bebas memilih melakukan atau tidak, dan berpengetahuan yang cukup tentang apa
yang dilakukan dan dikatakannya. Tanpa ada pemahaman dan pengertian, kesadaran
kebebasan tidak mungkin ada sebuah tindakan berkarakter.[9] Moral
feeling dan Moral
loving : merasakan dan
mencintai yang biak. Lahirnya moral
loving berawal dari mendset pola pikir yang positif terhadap nilai-nilai kebaikan akan merasakan
manfaat dari prilaku baik itu. Jika
seseorang telah merasakan nilai manfaat dari melakukan hal yang baik yang akan
melahirkan rasa cinta dan sayang . Dengan rasa cinta dalam
melakukan kebaiakan, seseorang akan menikmati dan nyaman dalam posisi itu. Dari
berpikir dan pengetahuan yang baik secara sadar
lalu akan mempengaruhi dan akan menumbuhkan rasa cinta dan sayang.
Perasaan cinta terhadap kebaikan akan menjadi power dan engine yang bisa membuat orang
senantiasa mau berbuat baik bahkan
melebihi dari sekedar kewajiban
sekalipun harus berkorban baik jiwa dan harta.
Moral Acting (tindakan yang baiak) adalah melalui
pembiasaan, kemudian berpikir berpengetahuan tentang kebaiikan, berlanjut
merasa cinta kebaikan itu dan lalu tindakan pengalam kebaikan, yang pada
akhirnya membentuk karakter. Tindakan kebaikan yang dilandasi oleh pengetahuan,
kesadaran,kebebasan, dan kecintaan akan membentuk endapan pengalaman. Dari
endapan itu akan terpatri dalam akal bawah sadar dan seterusnya menjadi
karakter. Semakin diulangi hal yang baik maka semakin kuat akarnya dalam jiwa
dengan catatan tindakan yang baik itu diikuti dengan senang hati. Apabila suatu
tindakan tidak diikuti dengan kesenangan hati,
maka tindakan itu tidak akan mengantar menjadi karakter. [10]
Selain moral Acting Kemudian (moral model) Keteladanan
setiap orang butuh keteladanan dari lingkungan sekitarnya. Fitrah manusia pada
dasarnya ingin mencontoh. Salah satu makna hakiki dari terma tarbiyah
adalah mencontoh atau imitasi.
Keteladanan yang paling berpengaruh adalah yang paling dekat dengan diri kita.
Orang tua, karib kerabat, pemimpin masyarakat dan siapa pun yang sering
berhubungan dengan seseorang terutama idolanya, adalah menentukan proses
pembentukan karakter atau tuna karakter.
Jika lingkungan sosial berprilaku jujur, amanah, berakhlak mulia, berani dan
menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan budi luhur agama dan
bangsa maka seseorang akan seperti itu. [11]
Selanjutnya adalah Tobat pada hakikatnya
ialah kembalai kepada Allah setelah setelah melakukan kesalahan. Tobat Nasuha
adalah bertobat dari dosa
atau kesalahan
yang diperbuatnya saat ini dan menyesal
atas dosa-dosa yang dilakukanya dimasa lalu dan berjanji untuk tidak
melakukannya lagi di masa mendatang serta bertekad berbuat kebajikan dimasa
yang akan datang. Rosullah
pernah ditanya oleh sahabat tentang
apakah penyesalan itu taubat? “Ya” kata Rasulullah (H.R. Ibnu Majah ). Amr bin
Ala pernah mengatakan: “taubat Nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan
dosa sebagaimana kamu pernah
mencintainy” Allah mencintai yang tobat
dan tazkiyatu nufus (mensucikan dirinya).
Dalam taubat terdapat jenjangnya
yakni takhalli, tahalli dan tajalli. Takhalli
berarti membersihkan diri dari sifat sifat tercela, dari maksiat lahir dan
maksiat bathin.[12]
Maksiat bathin itu adalah pembangkit maksiat lahir dan selalu
menimbulkan kejahatan-kejahatan baru yang diperbuat oleh anggota badan manusia.
Dan kedua maksiat itulah yang mengotori jiwa manusia setiap waktu dan
kesempatan yang diperbuat oleh diri sendiri tanpa disadari. Semua itu merupakan
hijab atau dinding yang membatasi diri dengan Tuhan.[13]
Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat sifat tercela, dari
maksiat lahir dan maksiat bathin.[14] Dengan kesadaran yang mendalam dari pelaku tobat, akan
menanggung segala yang terjadi dari tindakan tobatnya, seperti menghilangkan
rasa malu untuk minta maaf, mengembalikan hak-hak Allah dan manusia yang
dirampas dan lain-lain. [15] Masiat lahir, melahirkan kejahatan kejahatan yang merusak seseorang
dan mengacaukan masyarakat. Adapun maksiat bathin lebih berbahaya lagi, karena
tidak kelihatan dan biasanya kurang disadari dan sukar dihilangkan. Maksiat
bathin itu adalah pembangkit maksiat lahir dan selalu menimbulkan kejahatan
kejahatan baru yang diperbuat oleh anggota badan manusia. Dan kedua maksiat
itulah yang mengotori jiwa manusia setiap waktu dan kesempatan yang diperbuat
oleh diri sendiri tanpa disadari. Semua itu merupakan hijab atau dinding yang
membatasi diri dengan Tuhan.[16] Tahalli adalah upaya menghiasi diri dengan akhlak
terpuji. Tahapan tahalli dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari
akhlak akhlak tercela. Tahalli juga berarti menghiasi diri dengan jalan
membiasakan diri dengan perbuatan baik. Berusaha agar dalam setiap gerak
perilaku selalu berjalan diatas ketentuan agama, baik kewajiban yang bersifat
luar maupun yang bersifat dalam. Kewajiban yang bersifat luar adalah kewajiban
yang bersifat formal, seperti sholat, puasa, dan haji. Adapun kewajiban yang
bersifat dalam, contohnya yaitu iman, ketaatan, dan kecintaan kepada
Tuhan. Tahalli merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan pada
tahap takhalli. Dengan kata lain, sesudah tahap pembersihan diri dari segala
sikap mental yang buruk dapat dilalui (takhalli), usaha itu harus berlanjut
terus ketahap berikutnya yang disebut tahalli. Sebab apabila satu kebiasaan
telah dilepaskan tetapi tidak ada penggantinya, maka kekosongan itu dapat
menimbulkan frustasi. Oleh karena itu, ketika kebiasaan lama ditinggalkan harus
segala di isi kebiasaan baru yang baik.[17] Tajalli.. ajalli ialah hilangnya hijab dari sifat sifat kebasyariyyahan
(kemanusiaan), jelasnya nur yang sebelumnya ghaib, dan fananya segala sesuatu
ketika tampaknya wajah Allah. Kata tajalli bermakna terungkapnya nur ghaib.[18]
4.
Suatu tindakan baru lah dapat
menghasilkan manusia berkarakter, apabila menerapkan tujuh rukun pendidikan
berkarakter berikut ini dilakukan secara utuh
dan terus menerus ketuh rukum berikut adalah,
a.
Habituasi (pembiasaan), dan pembudayaan
yang baik. adalah yang memberi sifat dan jalan yang tertentu dalam pemikiran,
keyakinan, dan percakapan; kemudian jika ia telah tercetak dalam sifat ini seseorang sangat suka kepada
penkerjaanya kecuali merubahnya dengan kesukaran.
b.
Rukun kedua mempelajari hal-hal yang baik
(moral knowing). kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan seseorang atau hal-hal yang baik yang belum dilakukan, harus
diberi pemahaman dan pengetahuan tentang
nilai-nilai manfaat, rasionalis dan akibat dari nilai baik yang dilakukan.
c.
Rukun ketiga moral loving dan moral
feeling: merasa dan mencintai hal yang biak. Lahirnya moral loving berawal dari mendset pola pikir yang positif terhadap nilai-nilai kebaikan akan merasakan
manfaat dari prilaku baik itu. Dengan rasa cinta dalam melakukan kebaiakan,
seseorang akan menikmati dan nyaman dalam posisi itu. Dari berpikir dan
pengetahuan yang baik secara sadar lalu
akan mempengaruhi dan akan menumbuhkan rasa cinta dan sayang.
d.
Rukun yang keempat yaitu moral Acting (tindakan yang baik). melalui
pembiasaan, kemudian berpikir berpengetahuan tentang kebaiikan, berlanjut
merasa cinta kebaikan itu dan lalu tindakan pengalam kebaikan, yang pada
akhirnya membentuk karakter.
e.
Rukun kelima keteladanan, (moral model) dari lingkungan sekitar.
setiap orang butuh keteladanan dari lingkungan sekitarnya. Fitrah manusia pada
dasarnya ingin mencontoh. Salah satu makna hakiki dari terma tarbiyah
adalah mencontoh atau imitasi.
Keteladanan yang paling berpengaruh adalah yang paling dekat dengan diri kita.
Orang tua, karib kerabat, pemimpin masyarakat dan siapa pun yang sering
berhubungan dengan seseorang terutama idolanya, adalah menentukan proses
pembentukan karakter atau tuna karakter.
f.
Rukun yang keenam tobat (kembali) kepada
Allah setelah melakukan kesalahan Karena karakter sendiri ialah tabiat, watak,
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
orang lain. Tobat pada hakikatnya ialah kembalai kepada Allah setelah setelah
melakukan kesalahan. Tobat Nasuha adalah bertobat dari dosa/kesalahan yang
diperbuatnya saat ini dan menyesal atas
dosa-dosa yang dilakukanya dimasa lalu dan berjanji untuk tidak melakukannya
lagi di masa mendatang serta bertekad berbuat kebajikan dimasa yang akan
datang. Dalam tobat ingatlah pikiran, perasaan, dan hati nurani, secara total
digunakan untuk menangkap makna dalam niat yang dilakukan selama ini, menemukan
hubungan dengan tuhanya, dan kesiapan menanggung konsekuensinya dari tindkan tobatnya.[19]
5....
Daftar
pustaka
Manan
Imran, Pendidikan adalah enkulturasi, Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1989.
Jalaludin Dan Abdullah Ida Filsafat Pendidikan Manusia,
Filsapat Dan Pendidikan
Yogyakarta: Ar Ruzz Media 2012
Setiadi, Elly M, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta:Kencana
Prenada Media Grop, 2006
Maragustam, Filsafat
Pendidikan Islam Menuju Pembentukan Karakter Menghadapi Arus Global,
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014
Mughni Syafiq A., Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001
Muslich Masnur Pendidikan
Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidemensional Jakarta: Bumi Aksara 2011
Asmaran, Pengantar
Studi Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Zahri Mustafa, Kunci
Memahami Ilmu Tasawuf, Surabaya: Bina Ilmu, 1973
Asmaran As., Pengantar
Studi Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Munir Amin Samsul, MA. Ilmu Tasawuf, Jakarta:
Hamzah, 2012
[1] Imran
Manan, Pendidikan adalah enkulturasi, ( Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1989). hlm. 19
[2]
Jalaludin Dan Abdullah Ida Filsafat Pendidikan Manusia, Filsapat Dan Pendidikan Yogyakarta: Ar Ruzz Media 2012 Hlm 135
[3] Setiadi, Elly M, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, ( Jakarta:Kencana
Prenada Media Grop, 2006), hlm. 35.
[4]
Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam Menuju Pembentukan
Karakter Menghadapi Arus Global, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2014),
Hlm 56-57
[5] Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam.....Hlm.2-4.
[6] Syafiq A.Mughni, Nilai-Nilai Islam Perumusan Ajaran dan Upaya
Aktualisasi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 290-291.
[7]
Masnur Muslich Pendidikan
Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidemensional
(Jakarta: Bumi Aksara 2011) Hlm 84
[8] Maragustam Filsafat Pendidikan Islam ...Hlm 245
[9]
Maragustam Filsafat
Pendidikan... Hlm 264
[10]
Ibid.....Hlm 269
[11] Ibid...Hlm
269
[12] Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),
hal 66.
[13] Mustafa Zahri, Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1973), hal 74-75.
[14] Asmaran
As., Pengantar Studi Tasawuf,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Hal 66.
[15]
Maragustam filsafat
pendidikan...
Hlm 271-272
[16] Mustafa Zahri., Kunci Memahami Ilmu Tasawuf, (Surabaya:
Bina Ilmu, 1973), Hal 74-75
[17] Samsul Munir Amin, MA. Ilmu
Tasawuf, (Jakarta:
Hamzah, 2012),
Hal 215
[18] Asmaran As., Pengantar ....Hal 71
[19] Maragustam Filsafat Pendidikan Hlm 244-271
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar