- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
FEATURED POST
Pentingnya Resiliensi Pada Remaja Sehingga Mampu Beradaptasi Terhadap Stres dalam Menghadapi Masalah
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pentingnya Resiliensi Pada Remaja Sehingga Mampu Beradaptasi Terhadap Stres dalam Menghadapi Masalah
Resiliensi mempunyai pengertian sebagai suatu kemampuan untuk bangkit kembali dari pengalaman emosi negatif dan kemampuan untuk beradaptasi secara fleksibel terhadap pengalaman stres (Ong et. al, 2006).
Setiap individu memerlukan resiliensi, karena dalam kehidupan sehari-hari, seringkali individu tidak siap dalam menghadapi masalah, baik secara emosional maupun secara psikologis (Reivich & ShattΓ©, 2002).
Resiliensi merupakan hal yang penting dalam perkembangan pada remaja. Hal ini dikarenakan remaja yang memiliki resiliensi cenderung akan dapat melewati keadaan hidup yang menyulitkan atau tantangan hidup dalam masa perkembangannya. Remaja yang memiliki kemampuan yang lebih baik dalam penyesuaian diri pada situasi yang sulit cenderung akan terhindar dari masalah yang menyulitkan di masa yang akan datang (Clauss-Ehlers, 2008).
Resiliensi dianggap sebagai kekuatan dasar yang menjadi fondasi dari semua karakter positif dalam membangun kekuatan emosional dan psikologis seseorang. Tanpa adanya resiliensi, tidak akan ada keberanian,
ketekunan, tidak ada rasionalitas, tidak ada insight. Bahkan resiliensi diakui sangat menentukan gaya berpikir dan keberhasilan seseorang dalam hidupnya, termasuk keberhasilan di masa yang akan datang. (Desmita, 2009)
Ciri - ciri yang dapat menggambarkan karakteristik seorang yang resilien. Menurut Bernard (dalam Desmita, 2009) misalnya, seorang yang resilien biasanya memiliki empat sifat-sifat umum, yaitu:
1. Social competence (kompetensi so- sial): kemampuan untuk memuncul- kan respon yang positif dari orang lain, dalam artian mengadakan hubungan-hubungan yang positif dengan orang dewasa dan teman sebaya.
2. Problem-solving kills/metacognition
(keterampilan pemecahan masalah metakognitif): perencanaan yang memudahkan untuk mengendalikan diri
sendiri dan memanfaatkan akal sehatnya untuk mencari bantuan dari orang lain.
3. Autonomy (otonomi): suatu kesadaran
tentang identitas diri sendiri dan kemampuan untuk bertindak secara independen serta melakukan pengontrolan terhadap lingkungan.
4. A sense of purpose and future
(Kesadaran akan tujuan dan masa depan): kesadaran akan tujuan-tujuan, aspirasi pendidikan, ketekunan (persistence), pengharapan dan kesadaran akan suatu masa depan yang cemerlang (bright).
Tahapan perkembangan manusia pada fase remaja ini menurut Erikson teori tahapan psikososial (dalam Santrock, 2004), masa remaja termasuk ke dalam tahapan keempat dari keseluruhan tahapan perkembangan manusia. Dalam tahap peralihan dari anak-anak ke dewasa ini, energi yang dimiliki seseorang dialihkan untuk mendapatkan pengetahuan dan kemampuan intelektual.
Menurut Erikson (dalam Santrock, 2004), tahapan ini merupakan tahap perkembangan ego identity vs identityconfusion, di mana individu dihadapkan dengan kebutuhan untuk menemukan jati diri dan apa yang akan ia lakukan dalam hidup. Peristiwa yang terjadi dalam tahap ini sangat menentukan perkembangan kepribadian masa dewasa.
Pada tahap peralihan ini terjadi penderitaan yang sulit bagi remaja yang menyebabkan kekacauan identitas (identity confusion). Selama masa kekacauan identitas ini, tingkah laku remaja tidak konsisten dan tidak dapat diprediksikan.Perubahan biologis, kognitif, serta perubahan identitas sosial dari anak-anak menuju ke dewasa yang dialami oleh remaja dapat menimbulkan kebingungan terhadap identitas diri remaja itu. Hal ini sesuai dengan perkembangan ego remaja yaitu identity vs. identity confusion, di mana remaja pada tahap ini berusaha untuk mencari identitas.
Oleh karena itu penting bagi remaja untuk mampu penyesuaian diri pada situasi yang sulit dan tertekan sehingga mampu untuk bangkit kembali dan beradaptasi terhadap stres sehingga mampu menerima masalah, menghadapi masalah dan bahkan mampu menyelesaikan permasalahannya.
Semoga bacaan ini bermanfaat gaeees
Sumber Referensi :
Claus-Ehler, C. S. (2008). Sociocultural factors, resillience, and coping: Support for a culturally sensitive measure of resillience. Journal of Applied Developmental Psychology, 29
Desmita. (2009). Mengembangkan Resiliensi Remaja dalam Upaya Mengatasi Stres Sekolah. Ta’dib Vol. 12, No. 1 (1-10)
Ong, D. A., Bergeman, S.C., Bisconti, T.L., & Walles, K.A. (2006). Psychological resilience, positive emotions, and succesful adaptions to stressin later life. Journal of personality and social psychology,91(4),730-749.
Reivich, K., Shatte, A. (2002). The Resillience Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books.
Santrock, J. W. (2004). Life-Span Development (5th Ed). Jakarta: Erlangga.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar