FEATURED POST

PERNIKAHAN = DILEMA WANITA SEBAGAI MENANTU

 DILEMA WANITA SEBAGAI PENGANTIN BARU PART 1


Berikut ini adalah cuplikan beberapa penyampaian wanita setelah resmi menikah dan menjalani peran barunya sebagai seorang istri..


A : Saya seorang istri, setelah menjadi seorang istri saya diboyong suami saya dan ikut tinggal bersama dengan orangtua suami saya.. saya merasa sangat tidak nyaman karena saya merasa mertua saya tidak menyukai beberapa hal dari saya.. 


B : Saya seorang istri, saya lebih memilih tinggal bersama orangtua saya.. saya tidak ingin memakan hal apapun yang disajikan oleh mertua saya.. saya tidak ingin dianggap sudah menikah tapi tidak bisa hidup mandiri dengan suami saya..saya melarang pemberian apapun dari mertua saya kepada anaknya yaitu suami saya.. 


C : Saya seorang istri sekarang.. sebelum menikah dengan suami, saya sudah menjalani pacaran lama dengan suami saya..problem yang saya alami adalah saya ingin sekali selama hamil, melahirkan dan meng-ASIhi bayi saya bersama ibu saya bukan dengan ibu mertua saya..saya merasa tidak nyaman karena saya merasa ibu mertua saya jarang mengajak bicara saya


D : Saya seorang istri, saya merasa sangat tidak nyaman karena suami saya selalu mendahulukan ibunya daripada saya.. hal apapun suami saya minta pertimbangan ibunya padahal kami sudah menikah



DILEMA WANITA SEBAGAI PENGANTIN BARU PART 2


E : Saya seorang istri, dulu saya merasa suami saya memperhatikan sekali ibunya.. sedangkan saya sebagai istri merasa dinomerduakan.. tak disangka baktinya pada ibunya mengantarkan kami berdua pada kesuksesan yang secara bertahap saat ini kami rasakan sendiri keberkahannya karena karena restu dan doa ibunya.. saya sekarang sudah menerima dan memaafkan suami saya serta memaafkan kesalahan saya sendiri mengapa saya harus mencemburui ibu suami saya karena hal ini..

Justru sayalah yang harus selalu mendukung suami saya untuk berbakti pada ibunya..


F : Saya seorang istri dan tidak memiliki mertua.. di sisi lain saya memiliki saudara laki laki.. saya merasakan betul ternyata hal hal tertentu dan dianggap sensitif oleh mertua yang seringkali membuat sensitif menantu wanita adalah karena ingin dimengerti.. karena ingin dimengerti inilah yang memunculkan ketidakharmonisan

Yaa.. kita pasti memiliki prinsip tertentu dalam hidup ini..
Kita pernah merasa setelah menikah kita sudah memiliki hak paten atas diri suami.. padahal ibunya lah yang berhak atas diri suami..

Eeeiiitttss tapi apakah roda kehidupan akan selalu melilit wanita sebagai istri mengalami dilema sebagi menantu setiap saat..??? Apakah harus selalu merasa sakit hati ? Apakah kitanya baper-an ?? 

Sebenarnya tidak..ini hanyalah proses kehidupan yang harus kita lalui..menikah bukan menyatukan kau dan aku..suami dan istri..ketika menikah maka kita juga menikahi keluarganya..maksutnya apa? Yaa maksutnya adalah kita menerima segala resiko kehidupan dengan suami dan keluarga besarnya.. 

Wanita sebagai menantu jangan hanya diam..membatasi suami untuk berbakti pada ibunya..semakin kita menerima dan mengikhlaskan serta meridhoi suami berbakti pada ibunya..InshaAlah segala kemudahan dan keberkahan fiddunya wal akhirat kita dapatkan..

Lalu gimana solusinya ?? Saya sudah di puncak..emosi sudah di ubun ubun?? Saya merasa tidak kuat hidup bersama mertua?? Yaa..sampaikan pada suami pelan pelan bagaimana apabila tinggal terpisah dengan orangtua.misal : membeli rumah sesuai budget keluarga kecil atau kontrak rumah sederhana.. Selain itu, gimana ? Ada solusi lainnya? Ada, kalau tinggal bersama orangtua kandung maka tiap pagi antarlah makanan ke rumah mertua bisa beberapa jam di rumah mertua.. apabila tidak nyaman tinggal dengan mertua.. jangan sampai tinggal satu keluarahan aja nengok mertua cuma waktu lebaran.. coba bayangkan gimana kalau posisi mu besok sudah punya menantu?? 

Karena orangtua hanya kesepian karena putra putrinya sudah bisa berjaya dan hidup mandiri....

Dan mengapa kita sebagai istri apalagi memiliki peran baru sebagai ibu baru pastinya sangat sensitif yaa dengan segalanya karena orangtua dulu sangat keras perjuangannya membesarkan putra putrinya.. sambil mengasah empati kita.. bagaimana jika kita berada di posisi sebagai mertua dan orangtua..

Yang penting kita secara ikhlas menerima dengan lapang serta kitalah yang harus aktif mendekati orangtua.. bukan karena kita harus mengalah tapi karena kitalah yang harus menciptkan welas asih tumbuh di keluarga kita untuk generasi di masa depan..

Komentar