FEATURED POST

SELF EFFICACY


Heii sahabat Psikologi Kampus..

Pernahkah kalian tahu bahwa keyakinan terhadap kemampuan diri merupakan Self efficacy ?


 

Yuk mari baca :

1. Pengertian Self Efficacy 

Self efficacy menurut Bandura (dalam Anwar, 2009) adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku. Bandura (dalam Anwar, 2009) menyatakan self efficacy ini membantu seseorang dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan yang mereka tunjukan dalam menghadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang mencakupi kehidupan mereka.

Self-efficacy yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif. (Ormord, 2008). Menurut Bandura (dalam Alwisol, 2007) self efficacy adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self efficacy berhubungan dengan keyakinan diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan. Self efficacy adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Self efficacy

Individu yang memiliki self efficacy tinggi dalam situasi tertentu akan menampilkan tingkah laku, motivasi, dan afeksi yang berbeda dengan individu yang memiliki self efficacy yang rendah. Maksudnya adalah individu yang memiliki self efficacy tinggi memiliki motivasi yang tinggi pula terhadap suatu tugas, sehingga akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas tersebut dengan baik. Semakin tinggi tingkat self efficacy maka semakin tinggi pula untuk kerja individu dan berlaku sebaliknya (Baron dan Byrne, 2004).

Menurut Bandura dalam Mustaqim (2008) menjelaskan bahwa Self efficacy tinggi yang dimiliki seseorang akan dapat merubah situasi sosial. Self efficacy yang tinggi akan menjadi suatu upaya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dan meningkatkan kualitas hidup. 

Menurut Azwar (1996) bahwa tingginya efikasi diri yang dipersepsikan akan memotivasi individu secara kognitif untuk bertindak meraih tujuan yang jelas. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila ditemukan hubungan yang signifikan antara persepsi individu dengan prestasi dan performansi individu tersebut. Menurut Schunk (dalam Azwar, 1996) penghayatan terhadap efikasi diri merupakan proses inferensial yang mempertinggi kontribusi faktor lainnya seperti kemampuan, kesulitan menyelesaikan tugas, situasi dan performansi serta pola keberhasilan dan kecenderungan yang pernah mengalami kegagalan.

Sejalan dengan hal tersebut menurut Pajares dan Graham (dalam Suprayogi, 2017) mengungkapkan bahwa individu dengan keyakinan diri yang tinggi akan lebih ulet dalam menyelesaikan suatu tugas, memiliki pemahaman yang baik dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

Sejalan dengan hal tersebut, efikasi diri pada individu terjadi apabila individu dapat belajar mengenali diri sendiri dengan mencatat sebanyak mungkin aspek positif yang dimiliki, serta menerima diri sendiri secara apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan. (Hambawani,2007)

Menurut Hoffmann dan Stetzer (dalam Eisele dan D’Amato, 2011) bahwa ada perbedaan self efficacy pada pria dan wanita sebenarnya lebih bersifat sebagai kemampuan individual karena di tempat kerja dengan profesi sama sebagai karyawan baik pria dan wanita sama-sama memiliki keyakinan untuk dapat menyelesaikan tugas. Hasil penelitian yang melibatkan subjek pria dan wanita telah ditemukan bahwa dalam konteks organisasi, self efficacy yang tinggi disebabkan oleh pelatihan yang berfokus pada pengembangan secara individual sehingga menjadikan karyawan terbiasa menyelesaikan pekerjaan dengan mandiri. McCathy et.al (2015) juga menyampaikan bahwa keyakinan individu dalam melakukan tindakan untuk mencapai suatu hasil tertentu inilah yang disebut sebagai self efficacy.

 

 

2. Aspek - Aspek Self Efficacy

Menurut Bandura (dalam Smet, 1994) aspek-aspek self efficacy adalah:

a.       Outcome expectancy, yaitu suatu perkiraan atau kemungkinan bahwa tingkah laku atau tindakan tertentu akan menyebabkan akibat yang khusus. Mengandung keyakinan sejauh mana perilaku tertentu akan mengungkap konsekuensi tertentu. Hal ini juga merupakan keyakinan mengenai kemungkinan bahwa tindakan khusus tersebut akan memberikan hasil akhir atau konsekuensi tertentu (harapan mengenai keefektifan arti perilaku tertentu dalam memproduksi hasil-hasil tersebut), atau harapan akan kemungkinan hasil dari perilaku.

b.   Efficacy expectancy, yang sangat penting sebagai mediator sosial kognitif dalam melakukan suatu tindakan. Merupakan suatu keyakinan bahwa seseorang akan berhasil dalam bertindak sesuai dengan hasil yang diharapkan. Aspek ini menunjukkan pada harapan seseorang berkaitan dengan kesanggupan menyadari suatu perilaku yang dikehendaki. Hal ini lebih condong pada keputusan yang akan dilakukan seseorang dengan kemampuan yang dimilikinya dan berkaitan dengan kesanggupan untuk bertindak spesifik dalam situasi khusus.

c.       Outcome value, merupakan nilai yang mempunyai arti konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bila suatu perilaku dilakukan oleh individu.


 

3. Faktor - faktor yang mempengaruhi Self Efficacy

Menurut Bandura (dalam Feist & Feist, 2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy, antara lain:

a.       Jenis Kelamin

Zimmerman (dalam Feist & Feist, 2010) menyebutkan bahwa terdapat perbedaan pada perkembangan kemampuan dan kompetensi laki- laki dan perempuan. Laki-laki berusaha untuk sangat membanggakan dirinya, perempuan sering kali menganggap remeh kemampuan mereka. Hal ini berasal dari pandangan orangtua terhadap anaknya. Semakin seorang wanita menerima perlakuan perbedaan gender ini, maka semakin cenderung rendah penilaian mereka terhadap kemampuan dirinya. Pada bidang pekerjaan tertentu para pria memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibanding dengan wanita, begitu juga sebaliknya wanita lebih cakap dalam beberapa pekerjaan dibandingkan dengan pria.

b.      Usia

Individu yang usianya lebih tua tentunya memiliki rentang waktu dan pengalaman yang lebih banyak dalam menghadapi suatu hal yang terjadi di hidupnya bila dibandingkan dengan individu yang usianya lebih muda, yang mungkin masih memiliki sedikit pengalaman dalam kehidupan. Individu yang lebih tua cenderung akan lebih mampu dalam mengatasi rintangan dalam hidupnya dibandingkan dengan individu yang usianya lebih muda.

c.       Pendidikan

Individu yang menjalani jenjang pendidikan yang lebih tinggi biasanya memiliki self efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tingkat pendidikannya rendah, karena pada dasarnya mereka lebih banyak belajar dan lebih banyak menerima pendidikan formal serta akan lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar dalam mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi dalam hidupnya.

d.      Pengalaman

Self efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran individu dalam kehidupannya. Semakin banyak pengalaman, maka semakin tinggi self efficacy yang dimiliki individu tersebut, akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa self efficacy yang dimiliki oleh individu tersebut justru cenderung menurun atau tetap. Hal ini juga sangat tergantung kepada bagaimana individu menghadapai keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya. 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alwisol, R. (2007). Psikologi Kepribadian. Malang: Penerbit UPT Universitas Muhammadiyah Malang.

Anwar, A. I.D. (2009). Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara

Azwar, S. (1996). “Efikasi Diri dan Prestasi Belajar Statistik Pada Mahasiswa”, Jurnal Psikologi. (No. 1), hlm 56

Baron, R.A dan Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial.Jilid 1.Edisi 10. Alih Bahasa: Ratna Juwita, dkk. Jakarta : Erlangga

Eisele, P., &D’Amato, A. (2011).Psychological Climate and Its Relation to Work Performance and Well-Being: The Mediating Role of Organizational Citizenship Behavior (OCB). Baltic Journal of Psychology, 12(1, 2), 4-21.

Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian Buku 1, Edisi 7. Jakarta Selatan: Penerbit Salemba Humanika.

Hambawani,E. (2007).  “Hubungan Self Efficacy dan Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orangtua dengan Prestasi Belajar Pada Penyandang Tuna Daksa”, Jurnal Psikologi, (No. 1), hlm. 33-40

McCarthy, F., Budd, L.C.S. and Ison, S. (2015). Gender on the flightdeck: experiences of women commercial airline pilots in the UK. Journal of Air Transport Management, 47, pp. 32 - 38.

Mustaqim, (2008). Psikologi pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suprayogi, M. N. (2017). Differentiated Instruction Implementation In Primary Schools: Linking Psychological Factors In Students And Teachers To Achievement. Department Of Educational Studies. Ghent University. Belgium

Ormord, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan Jilid 2. Jakarta : Erlangga

 

 

 

Komentar