FEATURED POST

Strategi Pola Asuh di Era Milenial Era Digital




Berikut Strategi Pola Asuh di Era Milenial Era Digital


Haloo sahabat psikologi kampus, pembahasan kali ini menarik nih.. Bisa jadi inspirasi penelitian.. Pada kali ini, kami sangat tertarik dengan pembahasan Fatmawati 2019 tentang mendidik anak di era digital bagi orangtua milenial. Yuk simak beberapa pembahasan berikut ini... πŸ˜πŸ€—


Menurut Livingstone (dalam Fatmawati, 2019) bahwa anak-anak yang hidup di era ini mempunyai karakteristik yakni perilaku ketergantungan terhadap digital (internet) sangat tinggi. Perilaku ini akhirnya berpengaruh langsung terhadap pembentukan karakter anak yang disebut sebagai generasi milenial yang hidup di era digital. Selama bertahun-tahun kita percaya anak-anak generasi Y adalah digital native, kalangan yang lahir bersamaan dengan teknologi digital sehingga otomatis mampu menguasainya. Ternyata, digital native adalah mitos belaka. Kemahiran generasi ini ditentukan oleh berbagai faktor. Antara lain terpaan teknologi digital, tingkat pendidikan ibu, dan tingkat ekonomi keluarga. Anak-anak yang lahir di keluarga kelas ekonomi dan sosial menengah cenderung lebih mahir, produktif dan memahami keamanan teknologi digital dibandingkan anak-anak kelas bawah yang hanya diajari gawai untuk permainan dan hiburan. Apalagi bila ibunya tidak pernah mendiskusikan teknologi itu. 


Oleh karena itu penting untuk orangtua milenial memiliki strategi pengasuhan di era digital.


Berikut Strategi Pola Asuh di Era Milenial Era Digital


1. Bijaksana dalam menggunakan gadget.

 Dalam menggunakan gadget, anak senantiasa dalam pengawasan orangtua. Dikarenakan anak bisa terjerumus melihat hal hal yang negatif apabila tidak dalam pengawasan orangtua meskipun anak tidak ada niat membuka hal yang berbau negatif namun seringkali ada iklan yang negatif yang bisa saja anak tidak sengaja melakukan "klik" pada iklan negatif tersebut.

Selanjutnya, lihat durasi anak saat diperbolehkan menggunakan gadget atau orangtua dapat membuat perjanjian tentang durasi waktu si anak boleh menggunakan gadget.

Selanjutnya, lihat circle pertemanan anak di media sosial anak.. Sebisa mungkin sebagai orangtua bersikap terbuka dan komunikatif terhadap anak tentang temannya siapa saja dalam media sosial. Pernah mendengar atau melihat berita tentang gara gara berkenalan dengan seseorang di dunia maya anak jadi terjerumus pada hal hal yang tidak diinginkan? Seperti : penculikan, kekerasan, pemerkosaan bahkan sampai pembunuhan..

Penulis pernah mengikuti sebuah seminar dulu yang membahas tentang gara gara berkenalan dengan orang di media sosial sampai pada dia dipenjara karena ternyata orang yang baru dikenalnya adalah seorang bandar narkoba.. Ngeri sekali bukan..

Jadi, sebagai orangtua kita lebih bijaksana mengarahkan dan tetap mengawasi anak saat menggunakan gadget.

Ajak anak bermain di luar rumah supaya anak dapat mengeksplor diri dan mengembangkan secara optimal kemampuan motoriknya...


2. Membandingkan pola asuh keluarga yang lain.

Nah, rumput tetangga lebih hijau..

Setiap anak punya keunikan dan ciri khas nya masing masing.. 

Dan setiap keluarga memiliki latar belakang yang berbeda beda pula dari faktor ekonomi, latar belakang pendidikan, suku, agama dan lain sebagainya..

Tak perlu minder dengan pola pengasuhan versi terbaik menurut Anda dan pasangan sebagai ayah dan ibu serta sebaliknya tak perlu membanggakan bahwa pola pengasuhan kitalah yang terbaik..

Tak perlu.. Cukup kita fokus untuk memperhatikan kebutuhan serta ciri khas tumbuh kembang anak anak kita 😍😁


3. Perhatikan konten konten yang dapat merenggut perhatian anak seperti konten seksualitas yang dapat melintas begitu saja saat anak bermain gadget.

Ngeri sekali, kita sudah membatasi dan berusaha untuk memperhatikan namun ada saja iklan tertentu yang dapat membahayakan jiwa si kecil.... Lalu apa yang bisa dilakukan oleh orangtua? 

Orangtua dapat memperhatikan fitur kontrol pada handphone atau smartphone sehingga lebih terjaga lagi saat anak bermain gadget.


4. Sepakati bersama penggunaan gadget dengan anak. Batasi anak dengan sering ditanyakan secara aktif apa saja yang diakses oleh anak, tanggapan anak tentang tayangan tersebut, anak bisa menangkap apa yang disampaikan dalam tayangan tersebut dll. 

Mengapa harus ada kesepakatan antara orangtua dan anak di era digital ini?

Karena hal pertama adalah membangun komunikasi aktif dan komunikasi terbaik untuk hubungan orangtua dan anak sehingga anak merasa lebih nyaman dan terbuka terhadap orangtua meskipun di era digital seperti saat ini. Dan yang kedua melatih anak untuk mampu bertanggungjawab terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan.


Kita perlu memahami bahwa perbedaan karakteristik setiap generasi meliputi perbedaan kepercayaan, keyakinan, karier, keseimbangan kerja, keluarga, peran gender, dan lingkungan pekerjaan. Misalnya, generasi yang lahir pada tahun 1946 - 1964 disebut dengan baby boomers. Sedangkan generasi yang lahir pada tahun 1965 - 1979 disebut generasi X (slacker atau Xers). Generasi Y adalah generasi yang lahir tahun 1980-2000. Generasi ini sering juga disebut generasi digital atau millenials. Generasi ini lahir saat internet mulai masuk dan berkembang (generasi NET). Sedangkan generasi yang lahir setelah era milenial ini disebut dengan generasi Z. 

Karekteristik setiap generasi berbeda-beda karena ditentukan oleh perubahan dan kondisi demografik saat itu. Berbeda dengan generasi X, generasi Net atau Milenial sangat bergantung pada teknologi terutama internet. (Andriyani dalam Fatmawati, 2019).


Pola asuh yang paling ideal dan efektif untuk orang tua di era digital adalah authoritative. Tipe orang tua authoritative memiliki anak-anak yang merasa bahagia secara batin, kompeten dalam bidangnya, dan sukses dalam pengertian bahwa mampu beradaptasi serta menjalin hubungan baik dengan orang lain. Hal ini disebabkan anak menilai tuntutan orang tuanya terhadap disiplin dan peraturan tergolong adil dan masuk akal, saat itulah anak menjadi lebih penurut dan bertanggungung jawab terhadap tugas dan kewajibannya. (Fatmawati, 2019).


Sumber Referensi Utama :

Fatmawati, N.I. (2019). Literasi Digital, Mendidik Anak Di Era Digital Bagi Orangtua Milenial. Jurnal Politik dan Sosial Kemasyarakatan. Vol 11 No 2



Komentar