- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
FEATURED POST
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Home : Artikel update di Psikologi Kampus
Wah Selamat ya ayah dan bunda atas pencapaiannya Si Buah Hati sudah mulai masuk pada tahap perkembangan usia 1 sampai 2 tahun.
Pasti senang sekali ya ayah dan bunda..
Pada tahapan perkembangan 1 sampai 2 tahun pasti anak-anak mulai senang bercerita ya ayah bunda.
Baca juga :
Anak melihat & meniru orangtuanya
Baca juga :
Racun toxic parents yang harus diwaspadai saat menjadi orangtua
Baca juga :
Menjadi fatherhood saat menjadi Ayah
Pada pembahasan kali ini admin psikologi kampus akan membahas tentang Parenting.
Yaitu Bagaimana cara menstimulasi perkembangan berbicara pada anak usia 1 sampai 2 tahun dan semoga dapat mencegah keterlambatan berbicara pada tahap tumbuh kembang Si Buah Hati.
Memang pada tahap perkembangan berbicara pada anak usia 1 sampai 2 tahun pasti berbagai macam perkembangannya ya ayah bunda.
Apalagi Setiap anak memiliki ciri khasnya masing-masing dan memiliki keunikannya masing-masing. Meskipun demikian kita sebagai orang tua bisa menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak kita dengan memberikan stimulus stimulus yang mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak usia 1 sampai 2 tahun bahkan metode ini bisa dikembangkan bagi anak yang mengalami keterlambatan berbicara.
Pada tahap tumbuh kembang anak usia 1 sampai 2 tahun yang mulai dia senang bercerita, menunjukkan ekspresi terkejut menunjukkan berbagai ekspresi emosi yang dia luapkan melalui bahasa tubuhnya. Wah pasti sangat menyenangkan ya..
Baca juga :
Ketika bayi menangis, apa yang harus dilakukan orangtua?
Baca juga :
Kolaborasi Jarik, stroller dan sepeda lipat
Baca juga : Cara mengelola emosi ketika marah pada anak !!
Na fokus pada stimulasi perkembangan berbicara pada anak Yuk kita simak tips-tips berikut ini supaya anak bisa terstimulasi untuk segera berbicara dan menyampaikan apa yang ingin si buah hati sampaikan kepada orang tuanya :
1. Ajak selalu berkomunikasi. Nah selalu mengajak anak untuk berkomunikasi ini sangat penting loh ayah bunda. Di sini anak merasa sangat diperhatikan karena anak ada yang merespon terutama respon dari kedua orang tuanya atau orang yang lebih dewasa yang dapat memberikan perhatian dan tanggapan kepada anak.
Cara berkomunikasi bisa melalui media media mainan anak atau secara langsung. Melalui media-media mainan anak seperti ketika anak Mau makan maka orangtua bisa menggunakan mainan yang sering dimainkan anak untuk memberikan contoh kepada anak bahwa mainannya juga akan makan. Orangtua bisa menempatkan mainan si anak disebelah anak dan mencontohkan mainan anak tersebut sangat antusias untuk makan. Di situ anak akan melihat bahwa mainannya makan dan itu mencontohkan pada anak bahwa anak pun ingin makan.
Ketika akan mandi jika anak akan mandi maka orang tua bisa meminta anak untuk berkomunikasi. Mengkomunikasikan mainan yang mana yang akan diajak mandi oleh si anak.
Anak akan antusias untuk mengambil mainannya dan mengajak mandi. Itu apabila dengan media mainan si anak.
apabila secara langsung maka orang tua bisa menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada anak dengan melakukan pendekatan kepada anak seperti memeluk anak dan bercerita kepada anak apa yang ingin dia inginkan dalam hal makan misalnya anak Apakah ingin minum atau ingin makan. Jika ingin makan ingin makanan yang mana maka orang tua bisa memberikan pilihan kepada anak, anak akan merasa antusias untuk memilih makanan yang diinginkan dan orang tua bisa menyelipkan komunikasi kepada anak tentang makanan atau minuman yang disajikan kepada anak.
Sebelum tidur anak bisa diajak bercerita tentang kesehariannya berkegiatan seperti bertemu dengan teman, Apakah besok ingin bermain, dan lain sebagainya.
Selain itu dalam kegiatan ibadah, anak bisa diajak untuk beribadah. Contohnya ketika beribadah anak bisa disandingkan orang tuanya yang sedang melaksanakan ibadah.
Orang tua bisa bertanya adik Apakah ingin ikut salat yuk salat bareng Ayah sama bunda ya..
Adik bisa salat di sini bareng sama ayah sama Bunda salat jamaah sembari Ayah atau Bunda menggelar sajadah.
Baca juga : Fase Fase dalam Pernikahan
Baca juga : Tanda Dia Jodoh-Mu 😍
Baca juga : Lebih Mesra dengan Pillow Talk
2. Stimulasi Anak dengan Belajar Minum dengan Sedotan. Nah ketika pada tahap perkembangan berbicara pada anak. Cara menstimulasi nya adalah bisa dengan memberikan air minum pada anak yang yang ada sedotannya.
Mengapa demikian, karena hal tersebut dapat melatih otot-otot otot-otot rahang dan sekitar mulut supaya ya lebih luas ya ayah bunda dan ini menstimulasi perkembangan berbicara nya.
Ajari anak untuk bisa belajar minum dengan sedotan.
3. Pijat pijat area pipi dan daerah mulut, rahang serta leher. Hal ini untuk memberikan kelancaran pada perkembangan berbicara anak.
4. Selalu berikan respon pada setiap perilaku anak. Misalnya anak mampu menyusun benda, membantu ibu menyapu dan lain sebagainya maka berikanlah apresiasi kepada anak bisa berupa pelukan, tepuk tangan dan lain sebagainya.
5. Ajak anak untuk menceritakan segala sesuatu yang dilakukan. Pada tahap usia perkembangan 1 sampai 2 tahun anak mulai menunjukkan suka mencorat-coret dinding Nah itu bisa difasilitasi dengan cara anak diajak untuk mampu menceritakan apa yang dia Gambar pada dinding tersebut. Jika orang tua tidak menginginkan anak mencoret-coret tembok atau dinding maka orang tua bisa memfasilitasi anak dengan memberikan buku gambar namun jika anda lebih menyukai mencorat-coret dinding maka janganlah memarahi atau menghukum secara fisik.
Biarkanlah anak untuk mengekspresikan apa yang dia ingin lakukan dan jika orang tua masih tetap ingin anak tidak mencoret-coret dinding maka orangtua bisa mengajak keluar rumah dan mengajak untuk menggambar di tanah dengan menggunakan sebatang kayu atau media lainnya supaya anak menyalurkan apa yang dia ingin lakukan.
Baca juga : Tips Mengatasi Pikiran Irasional
Baca juga : Tips Mengatasi Omongan Orang Lain
Baca juga : Terapi Self Love (Mengatasi Trauma di Masa Lalu)
6. Menjelang usia dua tahun anak bisa di minta bantuan untuk membantu orang tua loh.
Contohnya seperti mengambilkan sesuatu, mengambil Apa yang biasa dilakukan orang tua seperti mengambil handuk, popok, pakaian, minyak telon atau bedak setelah mandi dan lain sebagainya. Selain itu ketika orang tua sedang melakukan pekerjaan domestik seperti membersihkan lantai dengan menyapu maka anak bisa diminta bantuan untuk membereskan mainannya dengan cara menyediakan suatu wadah untuk meletakkan mainan si anak.
Dari kegiatan tersebut juga bisa membantu orang tua. Dalam kegiatan membantu orang tua orang tua mengajak anak untuk berbicara dengan cara apa yang bisa dilakukan anak-anak sedang meletakkan apa atau sedang menggambar apa atau sedang membantu orang tua apa dan orang tua bisa memberitahukan anak tentang apa yang dikerjakan orang tua.
Sembari membantu orang tua, anak diajak untuk bernyanyi ketika membereskan sesuatu Atau melakukan sesuatu ketika bersama orang tua dan hal tersebut bisa menstimulasi perkembangan berbicara pada anak.
7. Ajak anak bermain dengan menyusun benda berwarna cerah. Pada tahap usia perkembangan anak mendekati usia dua tahun. Membantu stimulasi perkembangan anak dapat dilakukan dengan cara mengajak bermain dan menyusun benda berwarna cerah. Orangtua dapat mengajaknya untuk berhitung menggunakan benda benda cerah dan warna yang mencolok. Selain berhitung menggunakan angka angka misalnya satu, dua, tiga dan seterusnya. Dapat juga dengan mengajarkan huruf hijaiyah seperti alif, ba, ta... Dan seterusnya dengan mainan berwarna cerah. Bisa juga dengan mainan lego maupun puzzle. Dalam permainan menyusun, anak diajak berkomunikasi tentang apa yang sedang dilakukan. Misalnya : ini apa dek? Anak biasanya akan menjawab hal yang disukainya seperti mobiiing (mobil).... Awaaat awaat (pesawat)... Oooow iyaa suaranya gimana deeek... Biasanya si anak akan langsung menanggapi..Ngeeeeeng ngeeeeeeng...atau wiuuuw wiiiuuuww.. Jika mainannya jatuh ketika anak memainkannya.. Orangtua dapat berrskpresi guna memancing ekspresi anak terhadap apa yang terjadi pada mainannya tersebut.. 😲
Perhatikan respon anak.. Apakah dia senang atau sedih atau lainnya.. Tanggapilah dan aktiflah bertanya.. Tanyakan apa yang terjadi..
Respon anak akan beragam, ada yang bilang aaatuuuh (jatuh)... Ada yang bilang adooh (aduh)... Dan langsung bermain lagi..
Ada lagi respon anak yang merespon dengan menangis karena kasihan mainannya jatuh dan memeluknya..
Selain itu, ada lagi yang mengambil mainan jatuh tersebut dan menabrakkannya lagi dengan mainan lainnya..
Maka dari itu, orangtua dapat menstimulasi perkembangan berbicaranya pada anak melalui komunikasi dua arah.. Yaitu orangtua pada anak dan anak merespon orangtua..
Seperti kata pepatah.. Ada aksi maka akan ada reaksi..
Semoga dapat membantu itu orang tua dalam menstimulasi perkembangan berbicara pada anak usia 1 sampai 2 tahun.
Dan apapun yang diberikan..
Semoga orangtua selalu diberikan keterbukaan, kekuatan serta kesabaran luar biasa dalam pengasuhan putra putrinya..
Karena segala permasalahan yang terjadi dalam fase perkembangan dewasa dapat dialami ketika anak anak mulai pada tahapan fase perkembangan anak anak..
Apalagi Menurut Erik Erickson salah seorang tokoh psikologi dunia yang mencetuskan tentang krisis pada tiap tiap tahapan usia perkembangan. Pada usia tahap perkembangan berbicara khususnya menjelang dua tahun dan tiga tahun usia kanak kanak. Pada fase perkembangan ini, kanak kanak, melihat dirinya sebagai orang yang mempunyai kekuatan dan mereka ingin melatih apapun yang mereka ingin terapkan pada fase usia perkembangannya. Fase ini dalam tahap perkembangan sosial menurut Erik Erikcson sumber kekuatannya adalah pada kemauan si anak.
Peran orangtua di sini adalah apakah dapat memfasilitasi anak mengekspresikan kemauannya tersebut.
Apabila orangtua banyak mengatakan
" jangan / tidak boleh / dll." maka hal tersebut dapat menghalangi anak mengekspresikan kemauannya.
Anak ingin mengaktualisasikan diri, mengeksplor diri dan menunjukkan potensi.
Maka yang dapat dilakukan orangtua ketika tidak sesuai apa yang diinginkan orangtua ketika anak melakukan hal yang menurut orangtua salah maka pertama tama yangvdapat dilakukan oleh prangtua adalah menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan lahan.. Ulangi lagi hingga merasa tenang dan relaks (akan lebih nyaman lagi sembari disisipi kalimat dzikir)...
Hmmm..
Sembari melihat apa yang melatar belakangi anak melakukan sesuatu yang menurut kita sebagai orangtua perbuatan si anak merupakan suatu kesalahan. Maka hal yang harus dipahami adalah anak ingin mengungkapkan sesuatu dengan bahasa mereka, mengungkapkan kemauan mereka namun karena bahasa yang dibicarakan anak belum dapat dimengerti oleh orangtua maka anak akan cenderung frustasi karena orangtua memiliki pemahaman yang berbeda...
Oleh karena itu, kita perhatikan dulu baik baik apa yang sesungguhnya dilakukan oleh si anak..
Contoh : corat coret dinding alias tembok sambil mengatakan awaaaat awaaat dan ngeeeeeng maka kita dapat memahami bahwa anak sedang berimajinasi dengan tumbuh kembang pada kemampuan kognitif-nya.
Contoh lagi : si anak sedang makan dan di sampingnya ada mainan kuda kudaan miliknya.. Seketika kita akan kaget dan marah apabila si anak membuat makanan berceceran dan berantakan di lantai.. Tentu yaaa membuat kesal dan emosi negatif bercampuran.. Namun, tahukah kita.. Dengan memahami anak lebih dalam lagi.. Ternyata si anak sedang berbagi makanan kepada mainan kudanya.. Maka, biarkanlah anak melakukan hal tersebut.. Aduuuh gimana sih, kan mubadzir.. Eman emaaaan.. Baiklah, kita bisa mengajak negosiasi dengan anak kita.. Nak, kudanya sudah makan dan sudah kenyang.. Sekarang adek yang makan lagi yaaa.. Atau orangtua dapat mengatakan Nak, Bunda lapar.. Maukah adek menyuapi bunda... Aaaa (sambil mangap alias membuka mulut untuk menerima suapan dari anak).. Jika, sebal karena makanan berceceran.. Anak bisa diajak untuk membereskan setelah makan loh Ayah Bunda.. Jangan khawatir, ajak saja si anak untuk mengambil lap atau menyapu.. Pasti akan dengan sangat senang hati melakukannya...
Jangan lupa, ayah bunda selalu apresiasi si anak dengan pelukan hangat selama kurang lebih 3-5 menit, kecupan sayang sembari didoakan ubun ubunnya untuk kebaikan si anak dan tepuk tangan...
Semoga bermanfaat..
Daftar pustaka :
Erikson, E. (1989). Identitas dan Siklus Hidup Manusia. Jakarta:Penerbit Gramedia
Komentar
Posting Komentar